BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dalam buku yang berjudul Curriculum Plannning and Develoment
mengatakan bahwa Evaluasi adalah proses untuk menilai kinerja pelaksanaan suatu
kurikulum artinya evaluasi tidak akan
terjadi kecuali telah mengetahui tujuan yang akan dicapai, tujuan tersebut
harus diperiksa hal-hal yang telah dan sedang dilakukan serta evaluasi harus
mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu. Kurikulum juga dirancang
dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring
dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka kita tidak akan mengetahui kelemahan
kurikulum tersebut pada saat pelaksanaan dilapangan. Tulisan ini akan membahas
mengenai pengertian evaluasi kurikulum, pentingnya evaluasi kurikulum dan
masalah yang dihadapi dalam melaksanakan evaluasi kurikulum.
Selama ini model kurikulum yang berlaku adalah model
kurikulum yang bersifat akademik. Kurikulum yang demikian cenderung terlalu
berorientasi pada isi atau bahan pelajaran. Berdasarkan hasil beberapa
penelitian ternyata model kurikulum yang demikian kurang mampu meningkatkan
kemampuan anak didik secara optimal. Hal ini terbukti dari rendahnya kualitas
pendidikan kita dibandingkan dengan negara lain. Sebagai contoh bahwa di
beberapa negara Asean menunjukkan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD
berada pada tingkat terendah, untuk mata pelajaran matematika berada pada
urutan ke 32 pada tingkat SMP. Bukti ini hanya sebagian kecil saja dari
keterpurukan output pembelajaran yang selama ini dikembangkan berdasarkan kurikulum
akademik yang berlaku.
Dampak lain dari implementasi kurikulum akademik ini
ternyata tidak mampu memberikan nilai etika, moral, dan nilai-nilai yang
berlaku dalam kehidupan siswa dimanapun ia berada. Maka dengan adanya evaluasi
diharapkan dapat memperbaiki aspek-aspek diatas sehingga model kurikulum yang
diterapkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas telah menghasilkan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian
evaluasi kurikulum?
2. Apa saja yang
menjadi aspek-aspek dari evaluasi kurikulum?
3. Apa
konsep/model evaluasi kurikulum?
4. Apa tujuan
dari evaluasi kurikulum?
5. Apa fungsi
evaluasi kurikulum?
C. Tujuan
Pembahasan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pengertian evaluasi kurikulum
2. Untuk
mengetahui apa saja aspek-aspek dari
evaluasi kurikulum
3. Untuk memahami
konsep/model evaluasi kurikulum
4. Untuk mengetahui
tujuan dari evaluasi kurikulum
5. Untuk memahami
fungsi dari evaluasi kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum memang sangat penting untuk mencapai
tujuan pendidikan. dan kurikulum itu sendiri semakin berkembang seiring
berjalannya waktu dan praktik pendidikan yang harus disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju pula. Dan karena
kurikulum itu sendiri bersifat dinamis maka dalam praktik dan perkembangannya
membutuhkan evaluasi. pengertian evaluasi kurikulum itu berbeda-beda sesuai
dengan pengertian kurikulum yang berbeda-beda pula. berikut adalah pengertian evaluasi
terlebih dahulu menurut para ahli:
• Stephen
Wiseman dan Dauglas Pidgeson dalam bukunya yang berjudul Curriculum Evaluation,
evaluasi yaitu perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang
disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.
• Dalam
buku The School Curriculum, Evaluasi dinyatakan sebagai suatu proses
pengumpulan data secara sistematis, yang bertujuan untuk membantu pendidik
untuk memahami dan menilai suatu kurikulum, serta memperbaiki metode
pendidikan. Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui dan memutuskan
apakah program yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan semula.
• Selain
itu dalam buku Curriculum Planning and Development, dinyatakan bahwa Evaluasi adalah proses untuk
menilai kinerja pelaksanaan suatu kurikulum. yang di dalamnya ada tiga makna
yaitu: a. Evaluasi tidak akan terjadi kecuali telah mengetahui tujuan yang akan
dicapai. b. Untuk mencapai tujuan tersebut harus diperiksa hal-hal yang telah
dan sedang dilakukan. c. Evaluasi harus
mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu.
• Chelimsky,
1989 mendevinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis
untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
• Joint
Commite, 1981 menurutnya evaluasi ialah
penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa
objek.
• Purwanto
dan Atwi Suparman, 1999 evaluasi yaitu proses penerapan prosedur ilmiah untuk
mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan pada suatu
program.
Berikut adalah pengertian Evaluasi Kurikulum menurut para
ahli:
1. Tyler,
1949 Evaluasi kurikulum adalah upaya
untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada hasil belajar (behavior).
2. Orint M,
1993 Evaluasi kurikulum yaitu memberikan pertimbangan berdasarkan kriteria yang
disepakati dan data yang diperoleh di lapangan.
3. Cronbach,
1980 Evaluasi kurikulum yaitu proses
pemeriksaan sitematis terhadap peristiwa yang terjadi pada waktu suatu
kurikulum dilaksanakan dan akibat dari
pelaksanaan kurikulum tersebut.
4. Meyer,
1989 Evaluasi kurikulum sebagai sutu usaha untuk memahami apa yang terjadi
dalam pelaksanaan dan dampak dari kurikulum.
5. Longstreet
and Shane, 1993 Evaluasi kurikulum adalah pemberian pertiabangan untuk mencapai
kesuksesan.
6. Mawid
Marsan, 2004 Evaluasi Kurikulum yaitu sebagai usaha sistematis mengumpulkan
informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan
mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu.
7. Pengertian
Evaluasi kurikulum menurut http://elearning.unesa.ac.id yaitu penelitian yang sistematik tentang
manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan.
atau Evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan
data yang valid dan reiabel untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang
sedang berjalan atau yang telah dijalankan.
2.2. Aspek-Aspek
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan suatu bidang yang berkembang
dengan cepat, termasuk evaluasi terhadap implementasi kurikulum. Evaluasi
kurikulum sendiri terdiri dari berbagai aspek yang saling berhubungan, dan yang
akan dijelaskan sebagai berikut:
1.Keterkaitan
antara Evaluaasi Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum
a.Evaluasi
Kurikulum dan Sistem Kurikulum
Secara fungsional evaluasi kurikulum merupakan bagian dari
sistem kurikulum. sistem kurikulum ini mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu
pengembangan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi efek sistem
kurikulum. Evaluasi kurikulum minimal berfokus pada empat bidang, yaitu
evaluasi terhadap penggunaan kurikulum, desain kurikulum, hasil dari siswa, dan
sistem kurikulum. Efek dari evaluasi akan memulihkan kinerja dari berbagai
bagian dari sistem kurikulum. Seleksi dan pengorganisasian pihak-pihak pengambang
kurikulum, prosedur penyususnan, pengaturan dan pelaksanaan kurikulum, fugsi
koordinator dalam tim penyusunan, pengaruh tingkat guru dan kondisi pengajaran
terhadap kurikulum, semuanya perlu dievaluasi dan hasilnya dapat memperbaiki
sistem kurikulum secara keseluruhan.
b.Evaluasi
Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum
Masalah yang biasanya dibahas oleh pengembangan kurikulum
yaitu kapan diadakan evaluasi kurikulum, dan pada posisi mana serta apa makna
evaluasi kurikulum pada proses pengembangan kurikulum. Tayler berpendapat bahwa
evaluasi kurikulum minimal terjadi dua kali, yaitu pada awal dan akhir
pengembangan kurikulum, agar dapat mengukur dalam jangka waktu tersebut yang
telah ditetapkan. dan ia berpendapat bahwa hal tersebut harus dilaksanakan
bertutut-turut sepanjang proses pengembangan kurikulum yang terdiri dari empat
tahapan, yaitu penentuan tujuan pendidikan, pemilihan pengalaman
pembelajaran,pengorganisasian pengalaman pembelajaran, dan evaluasi efek
pembelajaran.
Pengembangan kurikulum ialah proses yang meliputi kegiatan
untuk melaksanakan percobaan evaluasi, sehingga kekurangan yang ditemukan dapat
diperbaiki untuk hasil yang lebih baik. Evaluasi dalam penyusunan dan
perancangan kurikulum sangat sulit, dan tidak memiliki criteria yang sama.
Berikut adalah empat keadaan yang harus dihindari dalam mengembangkan fungsi
dan makna evaluasi kurikulum terhadap pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Apabila
dalam desain kurikulum tidak terdapat rancangan evaluasi, desain seperti ini
tidak perlu dilaksanakan.
2. Apabila
dalam proses evaluasi terjadi penyimpangan tujuan evaluasi.
3. Apabila
tidak menghiraukan kesimpulan dan penilaian evaluasi yang sudah ada.
4. Evaluasi
sering digunakan sebagai alat peserta didik, yang sebenarnya harus menimbulkan
kepercayaan diri pada peserta didik.
2. Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum
Adapun prinsip-prinsip dalam evaluasi kurikulum adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan
tertentu, maksudnya yaitu setiap program evaluasi kurikulum itu terarah dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan
itu pula yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelksanaan evaluasi
kurikulum.
b. Bersifat
objektif, maksudnya harus sesuai dengan kenyataan yang ada. bersumber dari data
yang ada nyata dan akurat yang diperoleh dari instrument yang benar.
c. Bersifat
komperhensif, yaitu mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang
lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus mendapat perhatian dan
pertimbangan secara seksama sebelum diadakan pengambilan keputusan.
d. Kooperatif
dan bertanggung jawab dalam perencanaan, plaksanaan dan keberhasilan program
evaluasi itu adaah tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terkait dan saling
terlibat dalam proses pendidikan seperti, guru, kepala sekolah, penilik, orang
tua, dan juga siswa itu sendiri. disamping tanggung jawab utama lembaga
penelitian dan pengembangan.
e. Efisien,
maksudnya efisien dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang
menjadi penunjang. sehingga hasil evaluasi harus diupayakan lebih tinggi atau
seimbang dengan materil yang digunakan.
f. Berkesinambungan,
hal ini berkaitan dengan adanya perbaikan kurikulum. sehingga peran guru dan kepala sekolah sangat penting,
karena merekalah yang mengtahui pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan
dari kurikulum yang diterapkan.
3. Jenis-Jenis
Strategi Evaluasi
Teori evaluasi mengandung kerangka
kerja konseptual bagi pengmbangan strategi evaluasi. oleh sebab itu penting
dirumuskan apa yang dimaksud dengan evaluasi. perumusan yang tepat akan menjadi
landasan dalam pelaksanaannya, dan sebaliknya jika perumusan itu kurang kuat,
dapat menjadi penyebab utama terjadinya kegagalan dalam evaluasi. Dahulu
evaluasi didefinisikan sebagai kegiatan yang disamakan dengan pengukuran dan
juga tes. Pernyataan tersebut tidak sejalan dengan perilaku dan tujuan, serta
memunculkan jurang perbedaan yang dalam antara pertimbangan professional dan
program.
Saat ini telah dikembangkan suatu definisi yang memandang
evaluasi sebagai suatu hal yang sangat penting, karena memberikan informasi
dalam proses pembuatan keputusan. Oleh karena itu strategi evaluasi
dikembangkan berdasarkan asumsi-asumsi berikut:
a. Mutu
program bergantung pada mutu keputusan yang dibuat.
b. Mutu
keputusan bergantung pada kemampuan manajer untuk mengidentifikasi berbagai
alternative yang terdapat berbagai situasi keputusan, melalui berbagai
pertimbangan yang seksama.
c. Dalam
pembuatan keputusan yang seksama, dibutuhkan informasi yang tepat dan dapat
dipercaya.
d. Pengadaan
informasi tersebut memerlukan alat yang sistematis.
e. Proses
pengadaan informasi bagi pembuatan keputusan erat hubungannya dengan konsep
evaluasi yang digunakan.
Kerangka pengertian yang berpijak pada berbagai asumsi di
atas secara jelas memandang evaluasi sebagai analisis dalam upaya perbaikan program, bukan sebagai
kritik terhadap program. secara lebih tegas evaluasi bertujuan untuk
menyediakan informasi bagi pembuat keputusan. Berikut adalah empat jenis
keputusan yang berkaitan dengan pertimbangan dalam menilai suatu program:
a. Keputusan-keputusan
perencanaan yang ditunjukan bagi perbaikan yang dibutuhkan pada daerah
tertentu, tujuan umum dan tujuan khusus.
b. Keputusan-keputusan
pemograman khusus yang berkenaan dengan prosedur, personel, fasilitas, anggaran
biaya, dan tuntutan waktu dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan.
c. Keputusan-keputusan
pelaksanaan (implementasi) dalam mengarahkan kegiatan yang telah diprogram.
Keputusan-keputusan program perbaikan yang meliputi berbagai
kegiatan perubahan, penerusan, terminasi dan sebaginya.
Selain empat jenis keputusan yang telah diungkapkan di atas,
berikut adalah empat jenis strategi evaluasi diantaranya yaitu:
a. Strategi
pertama berkaitan dengan penentuan lingkungan tempat terjadinya perubahan,
terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi, dan juga berbagai
masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta kesempatan untuk terjadinya
perubahan.
b. Strategi
kedua yaitu pengenalan dan penilaian terhadap berbagai kemampuan yang relevan.
strategi ini sangat besar gunanya dalam pencapaian tujuan program dan desain
yang berguna untuk mencapai tujuan-tujuan khusus.
c. Strategi
ketiga yaitu pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin terjadi dalam desain
procedural atau implementasi sepanjang tahap pelaksanaan program.
d. Strategi
keempat berkaitan dengan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan, melalui
pengukuran dan penafsiran hasil-hasilyang telah dicapai sehingga seorang evaluator dapat memilih strategi yang
tepat.
4. Prosedur
Strategi Evaluasi
a. Evaluasi
Kebutuhan dan Feasibility
Evaluasi kebutuhan dan feasibility ini dapat dilakukan
oleh organisasi atau administrator
tingkat pelaksana. Prosedur yang dilakukan diantaranya yaitu:
a. Merumuskan
tipe dan jenis mata pelajaran atau program yang sekarang sedang disampaikan.
b. Menetapkan
program yang dibutuhkan.
c. Menilai
(assess) data setempat berdasarkan tes baku, tes intelegensi, dan tes sikap
yang ada.
d. Menilai
riset yang telah ada, baik riset setempat maupun riset tingkat nasional yang
sama atau berhubungan.
e. Menetapkan
feasibility pelaksanaan program sesuai dengan sumber-sumber yang ada (manusiawi
dan materil).
f. Mengenali
masalah-masalah yang mendasari kebutuhan.
g. Menentukan
bagaimana proyek akan dikembangkan guna berkontribusi pada sistem sekolah atau
sekolah setempat.
b. Evaluasi
Masukan (Input)
Evaluasi masukan melibatkan para
supervisor, konsultan, dan ahli mata pelajaran yang dapat merumuskan pemecahan
masalah. pemecahan masalah haruslah dilihat dari hubungannya dengan hambatannya
contoh: penerimaan pemecahan masalah oleh guru dan siswa, kecakapan kerja
(plaksanaan pemecahan masalah dalam kelas atau sekolah), keampuhan (sejauh mana
usaha pemecahan masalah tersebut), dan biaya ekonomi (berkaitan dengan biaya
pemecahan masalah dengan hasil yang diharapkan).
Maka,
evaluasi masukan menuju ke arah pengembangan berbagai strategi dan prosedur,
yang dalam pembuatan keputusannya sangat dibuthkan informasi yang akurat. bukan
hanya itu evaluasi masukan juga berusaha mengenali dimana terjadi atau adanya
masalah sehingga dapat diawasi selama berlangsungnya implementasi.
c. Evaluasi
Proses
Evaluasi proses yaitu sistem pengolahan informasi dalam
upaya membuat keputusan yang berkenaan dengan ekspansi, kontraksi, modifikasi,
dan klarifikasi strategi pemecahan atau penyelesaian masalah. dalam hal ini,
staf perpustakaan memainkan peran yang sangat penting, karena mereka secara
langsung melakukan monitoring terhadap desain dan prosedur pelaksanaan program,
serta memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan program.
d. Evaluasi
Produk
Evaluasi produk berkaitan dengan pengukuran hasil-hasil
program dan kaitannya dengan tercapainya tujuan. berbagai variable yang diuji
bergantung pada tujuan, perubahan sikap, perbakan kemampuan, dan perbaikan
tingkat kehadiran. Evaluasi yang seksama sebaiknya meliputi semua komponen evaluasi tersebut.
Tetapi yang sering terjadi
karena keaadaan yang tidak memungkinkan, tidak semua komponen mendapat
perhatian yang penuh. sehingga administrator program harus pintar dalam memilih
aspek mana yang harus mendapatkan perhatian yang lebih atau intensif.
berdasarkan evaluasi tersebut akan didapatkan informasi dan data yang valid dan
dapat dipercaya dalam upaya pembuatan keputusan dan program perbaikan.
5. Komponen
Desain Evaluasi
Desain Evaluasi menguraikan tentang, data yang harus
dikumpulkan dan analisis data untuk membuktikan nilai dan efektikitas
kurikulum. berikut adalah beberapa komponen desain evaluasi diantaranya :
a. Penentuan
garis besar evaluasi
- Identifikasi
tingkat pembuatan keputusan.
- Proyek situasi
keputusan bagi setiap tingkat pembuatan keputusan dengan menentukan lokas, focus, waktu
dan komposisi alternatifnya.
b. Pengumpulan
informasi
- Spesifikasi sumber-sumber informasi yang akan dikumpulkan.
- Spesifikasi sumber-sumber informasi yang akan dikumpulkan.
- Spesifikasi
instrument dan metode pengumpulan informasi yang diperlukan.
- Spesifikasi
prosedur sampling ayng akan digunakan.
- Spesifikasi
kondisi dan skedul informasi untuk dikumpulkan.
c. Organisasi
informasi
- Spesifikasi
format informasi yang akan dikumpulkan.
- Spesifikasi alat
pengkodean, pengorganisasian, dan penyimpanan informasi.
d. Analisis
informasi
- Spesifikasi
prosedur analisis yang akan dilaksanakan dan spesifikasi alat untuk melaksanakan analisis.
e. Pelaporan
informasi
- Penentuan piahk
penerima (audience) laporan evaluasi.
- Spesifikasi alat
penyedia informasi pada penerima informasi.
- Spesifikasi
format laporan informasi.
- Jadwal pelaporan
informasi.
f. Administrasi
evaluasi
- Rangkuman jadwal
evaluasi
- Penentuan staf
dan berbagai tuntutan sumber, serta perencanaan pemenuhan tuntutan tersebut.
- Spesifikasi alat
untuk memenuhi tuntutan kebijakan dalam melaksanakan evaluasi.
- Penilaian
keampuhan desain evaluasi guna menyediakan informasi yang valid, reliable, credible, dan
sesuai dengan waktu yang tersedia.
6. Model-Model
Evaluasi Kurikulum
a. Evaluasi model penelitian
Eksperimen lapangan dalam pendidikan, dimulai pada tahun
1930, dengan menggunakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian botani
pertanian. Para ahli botani pertanian mengadakan percobaan untuk mengetahui
produktivitas bermacam-macam benih. Percobaan serupa juga dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh tanah, pupuk dan sebagainya terhadap produktivitas suatu
macam beih. Model eksperimen dalam botani pertanian dapat digunakan dalam
pendidikan, anak dapat disamakan dengan benih sedangkan kurikulum serta
berbagai fasilitas dan sistem sekolah dapat disamakan dengan tanah dan
pemeliharaannya. Untuk mengetahui tingkat kesuburan benih (anak) serta hasil
yang dicapai pada akhir program percobaan dapat digunakan dengan tes (pre test
dan post test).
Ada beberpa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen
tersebut, yaitu :
• Kesulitan
administrative, sedikit sekali sekolah yang bersedia dijadikan sekolah
eksperimen.
• Masalah
teknik dan logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk
kelompok-kelompok yang diuji.
• Sulit
mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol, pengaruh guru-guru tesebut sulit dikontrol.
• Adanya
keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dapat dilakukan.
b. Evaluasi model objektif (tujuan)
Dalam model objektif , evaluasi merupakan bagain yang sangat
penting dari proses pengembangan kurikulum. Para evaluator juga mempunyai
peranan menghimpun pendapat-pendapat orang luar tentang inovasi kurikulum yang
dilaksanakan. Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur
dengan seperangkat tujuan khusus.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengembang model
objektif:
- Adanya
kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum
- Merumuskan
tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
- Menyususn
materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut
- Mengukur
kesesuaian antara perilaku siswa dengan hsil yang diinginkan
c. Evaluasi campuran multivariasi
Evaluasi model perbandingan dan model Tylor dan Bloom
melahirkan evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang
menyatukan unsure-unsur dari kedua pendekatan tersebut.
Langkah – langkah model multivariasi tersebut adalah sebagai
berikut:
• Mencari
sekolah yang bersedia dievaluasi atau diteliti.
• Pelaksanaan
program. Bila tidak ada pencampuran sekolah tekanannya pada partisipasi yang
optimal.
• Sementara
tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran misalnya dengan
metode global dan metode unsure, dapat disiapkan tes tambahan.
• Bila
semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan
komputer.
• Tipe
analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari bebrapa
variabel yang berbeda
Beberapa ksesulitan yang dihadapi dalam model campuran
multivariasi tersebut, yaitu:
- Diharapkan
memberi tes yang signifikan.
- Terlalu
banyaknya variabel yang perlu dihitung pada suatu saat, kemampuan computer
hanya sampai pada 40 variabel sedangkan dengan model ini dapat dikumpulkan
sampai 300 variabel
- Meskipun
model campuran multivariasi telah mengurangi masalah kontrol berkenaan dengan
eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-masalah pembandingan.
7. Proses
Evaluasi Kurikulum
Berbagai model desain kurikulum memerlukan berbagai cara
evaluasi yang berbeda pula. salah satu model evaluasi yang sering digunakan
adalah desain tujuan. Evaluasi ini terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut:
• Pelaksanaan
evaluasi internal
• Rancangan
revisi
• Pendapat
ahli
• Komentar
yang dapat dpercaya
• Model
kurikulum
Dalam program evaluasi kurikulum ini masih terdapat
perbedaan pendapat tentang apakah ahli yang melaksanakan kurikulum harus juga
ahli dalam bidang ilmu tersebut. banyak peneliti yang berpendapat bahwa jika
ahli tersebut mempunyai kekurangan dalam teknik evaluasi kurikulum, mungkin
akan dihasilkan hal-hal yang bias. oleh karena itu kurikulum dan ahli disiplin
ilmu harus melakukan evaluasi bersama secara koopertiv. meskipun demikian, ada
pula ahli yang mengemukakan empat langkah evaluasi kurikulum yang berfokus pada
tujuan, yaitu evaluasi awal, evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi
jangka panjang.
Dari dua macam pendapat tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
jika dikegorikan secara personal, evaluasi ini berupa evaluasi internal dan
eksternal. evaluasi internal dilaksanakan oleh pengembang kurikulum dan
berhubungan dengan model desain kurikulum yang bertujuan untuk memperbaiki
proses pengembangan kurikulum. tugasnya, terutama untuk menegaskan apakah
tujuan awala telah tercapai atau belum. adapun evaluasi eksternal dilaksanakan
oleh pihak selain pengembang kurikulum, dengan cara tes dan observasi.
Apabila dikategorikan secara sifat, terdapat dua macam
evaluasi. yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. evaluasi formatif yaitu
proses ketika pengembang kurikulum memperoleh data untuk memperbaiki dan
merevisi kurikum agar menjadi lebih efektif. evaluasi dituntut agar
dilaksanakan sejak awal dan sepanjang proses pengembangan kurikulum. adapun
evaluasi sumatif bertujuan untuk memeriksa kurikulum dan diadakan setelah
pelaksanaan kurikulum untuk memeriksa efisiensi secara keseluruhan. evaluasi
sumatif menggunakan teknik secara numeric dan menghasilkan kesimpulan berupa
data yang diperlukan gru dan administrasi pendididkan.
8. Rencana
Evaluasi Kurikulum
Rencana evaluasi kurikulum menyangkut beberapa aspek
pengembangan kurikulum, termasuk sejumlah metode dan teknik yang sering dipakai
dalam bidang lain selain bidang pendidikan. Evaluasi ini tidak hanya
menggunakan satu metode atau dua metode saja, melainkan menggunakan berbagai
metode evaluasi secara terpadu. dalam hal ini evaluasi bersifat terbuka. metode
evaluasi dianggap cocok jika dapat menghasilkan data yang diperlukan untuk
mencapai tujuan pendidikan. evaluasi yang lengkap meliputi cara pengumpulan dan pengolahan data, anlisis
terpadu dan laporan kesimpulan evaluasi. dalam hal ini kumpulan data dapat
dilakukan dengan cara obeservasi, wawancara, pemberian kuisioner dan
sebagainya.
Pada saat pemilihan teknik evaluasi kurikulum, factor utama
yang berkaitan dengan evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif, terdapat
beberapa perbedaan pendapat. ada pihak yang berpendapat bahwa pemilihan
kuantitatif dan kualitatif adalah criteria penilaian keilmiahan evaluasi
tersebut. namun, adapula pendapat yang menyatakan bahwa evaluasi kurikulum
memerlukan seperangkat teknik penilaian dan evaluasi . dalam hal ini, tidaklah
mungkin semua data ditunjukan dengan angka, karena pada kenyataannya banyak
data yang terdiri atas pendapat guru, ahli, atau pengembang kurikulum. menurut
pendapat ini, dibandingkan dengan angka-angka, kesimpulan yang bersifat
analisis akan lebih bernilai terhadap perbaikan kurikulum. oleh karena itu,
secara umum dapat disimpulkan bahwa teknik kuantitatif dan kualitatif harus
digunakan secara terpadu.
2.3. Konsep / Model
Evaluasi Kurikulum
a. Measurement
Konsep ini telah memberikan sumbangan yang sangat berarti
dalam penekanannya terhadap penringnya objektivitas dalam proses evaluasi.
Aspek obyektifitas yang ditekankan dalam konseo ini dijadikan landasan yang
terus menerus dalam rangka mengembangkan konsep dan evaluasi kurikulum.
Pendekatan yang digunakan dalam berbagai kegiatan pendidikan seperti seleksi
dan klasifikasi siswa, pemberian nilai di sekolah, dan kegiatan penelitian
pendidikan.Kelemahan dari konsep ini terletak pada penekanannya yang
berlebih-lebihan pada aspek pengukuran dalam kegiatan evaluasi pendidikan.
“Measurement is not evaluation, but it can provide useful data for evaluation”.
Sebagai konsekuensi dari penekanan yang berlebih-lebihan
terhadap aspek pengukuran, evaluasi cenderung dibatasi pada dimensi tertentu
dari program pendidikan yang dapat diukur, terutama hasil belajar yang bersifat
kognitif tersebut bukanlah satu-satunya indikator keberhasilan suatu kurikulum.
Sebagai suatu wahana untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan kurikulum
diharapkam mampu mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki siswa. Selain
itu, peranan evaluasi yang diharapkan mampu memberikan input bagi penyempurnaan
program dalam setiap tahap menjadi kurang dapat terpenuhi dengan dibatasinya
evaluasi pada pengukuran hasil belajar saja apalagi hanya ditekankan pada
bidang kognitif.
b. Congruence
Konsep ini telah memperlihatkan adanya “high degree of
integration with the instructional process”. Dengan mengkaji efektivitas
kurikulum dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi
yang diperoleh tidak bersifat relatif karena selalu dihubungkan dengan tujuan
yang hendak dicapai sebagai kriteria perbandingan. Kelemahan dari konsep ini
terletak pada ruang lingkup evaluasinya. Sekalipun tujuan evaluasi diarahkan
pada kepentingan penyempurnaan program kurikulum, tapi konsep ini tidak
menjadikan input dan proses pelaksanaan sebagai obyek langsung evaluasi dan
yang dijadikan perhatian adalah hubungan antara tujuan dan hasil belajar.
Pelaksanaan evaluasi dari konsep ini terjadi pada saat kurikulum sudah selesai
dilaksanakan, dengan jalan membandingkan antara hasil pretest dan pratest.
Akibatnya, informasi yang dihasilkan hanya dapat menjawab
pertanyaan tentang tujuan-tujuan mana yang telah dan yang belum dapat tercapai.
Pendekatan yang digunakan oleh konsep ini menghasilkan suatu teknik evaluasi
yang sifatnya terminal/postfacto. Pendekatan seperti ini dapat membantu untuk
menentukan bagian-bagian mana dari program yang masih lemah, tapi kurang
membantu di dalam mencari jawaban tentang segi-segi apanya yang masih lemah dan
kemungkinan mengatasi kelemahan tersebut. Konsep ini telah memberikan sumbangan
yang sangat besar bagi perkembangan konsep evaluasi kurikulum, khususnya dalam
usaha :
1) Menghubungkan
hasil belajar dengan tujuan tujuan pendidikan sebagai kriteria perbandingan.
2) Memperkenalkan
sistem pengolahan hasil evaluasi secara bagian demi bagian, yang ternyata lebih
relevan dengan kebutuhan pengembangan kurikulum.
c. Illumination
Sebagai reaksi terhadap konsep measurement dan congruence
yang bersifat ‘terminal’, konsep illumination menekankan pentingnya dilakukan
evaluasi yang berkelajutan selama proses pelaksanaan kurikulum sedang
berlangsung. Gagasan yang terkandung dalam konsep ini penting karena pihak
pengembang kurikulum akan memperoleh informasi yang cukup terintegrasi sebagai
dasar untuk mengoreksi dan menyempurnakan kurikulum yang sedang berlangsung.
Kelemahan konsep ini terletak pada teknis pelaksanaannya.
Pertama, kegiatan evaluasi tidak didahului adanya perumusan kriteria yang jelas
sebagai dasar bagi pelaksana dan penyimpulan hasil evaluasi yang mengakibatkan
sejumlah segi-segi yang penting kurang
mendapatkan perhatian, karena evaluator hanyut di dalam mengamati segi-segi
tertentu yang menarik perhatiannya. Kedua, obyektivitas dari evaluasi yang
dilakukan perlu dipersoalkan, persoalan inilah yang justru dipandang sebagai
salah satu kelemahan konsep ini. Disamping konsep ini lebih menitikberatkan
penggunaan judgement dalam proses evaluasi, terdapat pula kecenderungan untuk
menggunakan alat evaluasi yang ‘terbuka’ dalam arti kurang
spesifik/berstruktur. Evaluasi yang diajukan oleh kosep ini lebih berorientasi
pada proses dan hasil yang dicapai oleh kurikulum yang bersangkutan.
d. Educational
System Evaluation
Konsep ini memperlihatkan banyak segi-segi yang positif
untuk kepentingan proses pengembangan kurikulum. Ditekankannya peranan kriteria
(absolut maupun relatif) dalam proses evaluasi sangat penting dalam memberikan
ciri-ciri khas bagi kegiatan evaluasi. Sehubungan dengan ruang lingkup
evaluasi, konsep ini mengemukakan perlunya evaluasi itu dilakukan terhadap
berbagai dimensi program, tidak hanya hasil yang dicapai tapi juga input dan
proses tahap demi tahap.
Kelemahan dalam konsep ini adalah mngenai pandangannya
tentang evaluasi untuk menyimpulkan kebaikan program secara menyeluruh. Ada dua
persoalan yang perlu mendapatkan penegasan dari konsep ini, pertama menyangkut
segi teknis berkenaan dengan prosedur yang ditempuh dalam membandingakan hasil
kurikulum yang baru dan yang ada. Persoalan yang kedua menyangkut segi
strategis yaitu persoalan nasib dari kurikulum yang baru tersebut bila hasil
perbandingan menunjukan perbedaan yang tidak berarti.
2.4. Tujuan Evaluasi Kurikulum
Tujuan evaluasi kurikulum adalah :
1) Menentukan
efektivitas suatu kurikulum/program pembelajaran
2) Menentukan
keunggulan dan kelemahan kurikulum/program pembelajaran
3) Menentukan
tingkat keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik
4) Menentukan
masukan untuk memperbaiki program
5) Mendeskripsikan
kondisi pelaksanaan kurikulum
6) Menetapkan
keterkaitan antarkomponen kurikulum
2.5. Fungsi Evaluasi
Kurikulum
Fungsi Evaluasi kurikulum, adalah :
• Menurut Tyler :
Untuk memperbaiki kurikulum (melalui hasil belajar
evaluasi produk)
• Menurut Cronbach :
Untuk memperbaiki kurikulum dan memberi penghargaan
• Menurut Scriven :
Untuk mengurangi kekurangan-kekurangan yang ada.Scriven
membedakan evaluasi kurikulum dalam 2 fungsi yakni Fungsi Formatif dan Fungsi
Sumatif
Fungsi Formatif :
Dilaksanakan apabila kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian
tertentu dari kurikulum yang sedang dikembangkan
Fungsi Sumatif :
Dilaksanakan apabila kurikulum telah dianggap selesai pengembangannya (evaluasi
terhadap hasil kurikulum)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Evaluasi
kurikulum adalah usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kurikulum yang telah
ada untuk menjadi lebih baik dilapangan.
2) Yang
menjadi aspek-aspek evaluasi kurikulum ada 7 yaitu :
• Keterkaitan
antara Evaluasi Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum
• Prinsip-Prinsip
Evaluasi Kurikulum
• Jenis-Jenis
Strategi Evaluasi
• Prosedur
Strategi Evaluasi
• Komponen
Desain Evaluasi
• Proses
Evaluasi Kurikulum
• Rencana
Evaluasi Kurikulum
3). Model-model evaluasi yaitu:
• evaluasi
model penelitian
• evaluasi
model objektif (tujuan)
• evaluasi
model campuran multivariasi
4). Ada 4 konsep model evaluasi kurikulum yaitu :
• Measurement
• Congruence
• Illumination
• Educational
System Evaluation
5). Tujuan evaluasi kurikulum adalah memperbaiki kurikulum yang
telah ada untuk mencapai
kurikulum yang lebih baik lagi. Dengan evaluasi kurikulum ini kita dapat mengetahui kelemahan dan
keunggulan kurikulum tersebut.
6). Menurut scriven fungsi kurikulum ada 2 yaitu :
• Fungsi
Formatif : dilaksanakan apabila kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki
bagian tertentu dari kurikulum yang sedang dikembangkan
• Fungsi
Sumatif : dilaksanakan apabila kurikulum telah dianggap selesai pengembangannya
(evaluasi terhadap hasil kurikulum)
B. Implikasi
Evaluasi
kurikulum memang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan. dan kurikulum
itu sendiri semakin berkembang seiring berjalannya waktu dan praktik pendidikan
yang harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin maju pula. Dan karena kurikulum itu sendiri bersifat dinamis maka dalam
praktik dan perkembangannya membutuhkan evaluasi.
C. Saran
Dampak dari implementasi kurikulum ternyata tidak mampu
memberikan nilai etika, moral, dan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan
siswa dimanapun ia berada. Maka dengan adanya evaluasi diharapkan dapat
memperbaiki aspek-aspek diatas sehingga model kurikulum yang diterapkan sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2009.Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,
Bandung: PT. remaja Rosdakarya.
Panjaitan, Keysar. 2013. Pengembangan Kurikulum. Medan:
Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan
http://elearning.unesa.ac.id/myblog/antok-saivul-huda/definisi-tujuan-dan-fungsi-evaluasi-kurikulum
http://www.sarjanaku.com/2011/11/evaluasi-kurikulum.html
http://tohacenter.blogspot.com/2010/10/model-model-monitoring-dan-evaluasi.html
http://makalahkumakalahmu.net/2008/10/31/evaluasi-kurikulum/
No comments:
Post a Comment